Minggu, 21 September 2014

Amelia Madowi

Assalamualaikum Wr.Wb
Selamat Pagi !!

Kenapa saya ucapkan salam? Karena sudah menjadi keseharusan bagi saya sebagai seorang muslim yang bercita-cita menjadi seorang mukmin (Orang beriman). Dan kenapa saya mengucapkan selamat pagi, padahal sekarang waktu saya menulis blog ini bukanlah pagi hari? Itu karena saya berharap agar semangat saya juga agan sekalian tetap sama seperti semangat ketika dipagi hari. 
   
Sebelum saya menulis lebih banyak lagi, saya ingin menceritakan sedikit tentang saya.Sedikit saja, tapi semoga bermanfaat :`D Aaamiiin
Sebenarnya, nama saya hanya terdiri dari enam huruf saja. Enam huruf loh, tidak seperti nama teman-teman yang terdiri atas banyak huruf. Iya, A M E L I A. Nama itu pemberian dari ibu dan Alm. ayah tercinta. Dan nama Madowi yang saya gunakan dibelakang nama saya itu adalah nama belakang dari Alm. ayah saya. ACING MADOWI. Beliau adalah seorang ayah yang mencintai putra-putrinya dalam diam. Dalam diamnya itu tersimpan cinta kasih tulus dan mulia. Beliau adalah seorang pekerja keras, penuh totalitas. Bahkan sampai beliau mengenyampingkan kesehatannya demi totalitasya. Itulah penyebab kenapa beliau tererang penyakit yang bisa dibilang lumayan mematikan. Siapa yang menyangka, bahwa Kanker Liver stadium 4 begitu cepat menyerang tubuh beliau yang begitu gagah dan tangguh. Kurang dari 6 bulan, seluruh sistem imun beliau ambruk dan tak mampu lagi bertahan melawan penyakit mematikan itu. Bahkan tim medis pun sudah tidak sanggup untuk menanganinya. 

Kemarin lusa, 19 September 2014, tepat satu tahun kepergian beliau. Untuk beristirahat, melepas semua beban dan rasa sakit yang beliau rasakan selama kurun waktu 5 bulan. Pada saat itu, saya masih duduk dikursi kelas XII IPA SMA PROKLAMASI 1945 BEKASI. Kelas XII, iya puncaknya. Saya harus bolak-balik Karawang-Bekasi untuk ikut membantu merawat beliau. Tapi saya tidak merasa dipermainkan jarak, karena memang saya ingin merawat beliau. Memperhatikan perkembangan beliau bahkan saya menyaksikan ketika berat badan beliau normal sampai turun drastis. Hati siapa yang tidak miris dan tersayat melihat ayahnya merintih kesakitan melawan rasa sakit. Namun karena saat itu saya terlalu lama minta dispensasi, akhirnya saya dipanggil sekolah untuk mengikuti mata pelajaran kembali. Saya harus mengejar ketertinggalan saya yang lumayan jauh dari teman-teman saya. Baru satu hari saya diasrama, saya sudah dijemput kembali untuk pulang tanpa alasan. Sepanjang perjalanan tidak ada yang berani bericara apapun tentang ayah saya. Dan ketika sampai dekat rumah, saya melihat ada bendera kuning terpangpang di depan rumah. Perlahan, kekuatan hati yang saya tata, air mata yang saya jaga, dan pikiran positif yang saya bangun, perlahan runtuh,jatuh dan hancur seketika. Dan yang membuat saya sakit yaitu saya tidak berada disamping beliau ketika beliau mencari saya disaat menghembuskan nafas terakhirnya dngn dua kalimat syahadat. Astagfirullah betapa sakitnya...

Tapi yang harus saya sadari, bahwa ajal itu merupakan satu kepastian yang memang akan terjadi. Dengan ada atau tidak adanya saya disamping beliau, ajal itu memang akan datang juga. Saya, dan keluarga berdoa, mudah-mudahan saat ini beliau beristirahat dengan tenang dan dilepaskan dari segala urusan duniawi yang menjerat. Sekarang, harta yang saya miliki adalah ibu. Beliau yang harus saya jaga amanahnya, kasih saying dan kepercayaannya. Beliau yang harus saya perjuangkan kebahagiaannya. Wanita tangguh itu adalah inspirator terbesar dalam hidup saya. Cinta sejati saya. Dan separuh jiwa raga saya. Saya ingin mempersembahkan perjuangan terbaik saya untuk beliau. Saya yakin teman-teman pun begitu.

Untuk itu, bagi teman-teman yang mempunyai kesempatan lebih indah dari saya, berada dan bisa bersama kedua orang tuanya, junjung tinggi petuah mereka dan banyak bersyukur kepada Allah SWT. Sekian cerita singkat tentang Amelia Madowi. Saya berharap ada pesan yang tersampaikan kepada teman-teman.

Salam Hangat J

Wassalamualaikum Wr.Wb