Assalamualaikum Wr.Wb
Selamat Pagi !!
Kenapa
saya ucapkan salam? Karena sudah menjadi keseharusan bagi saya sebagai seorang
muslim yang bercita-cita menjadi seorang mukmin (Orang beriman). Dan kenapa
saya mengucapkan selamat pagi, padahal sekarang waktu saya menulis blog ini
bukanlah pagi hari? Itu karena saya berharap agar semangat saya juga agan
sekalian tetap sama seperti semangat ketika dipagi hari.
Sebelum
saya menulis lebih banyak lagi, saya ingin menceritakan sedikit tentang
saya.Sedikit saja, tapi semoga bermanfaat :`D Aaamiiin
Sebenarnya,
nama saya hanya terdiri dari enam huruf saja. Enam huruf loh, tidak seperti
nama teman-teman yang terdiri atas banyak huruf. Iya, A M E L I A. Nama itu
pemberian dari ibu dan Alm. ayah tercinta. Dan nama Madowi yang saya gunakan
dibelakang nama saya itu adalah nama belakang dari Alm. ayah saya. ACING
MADOWI. Beliau adalah seorang ayah yang mencintai putra-putrinya dalam diam.
Dalam diamnya itu tersimpan cinta kasih tulus dan mulia. Beliau adalah seorang
pekerja keras, penuh totalitas. Bahkan sampai beliau mengenyampingkan
kesehatannya demi totalitasya. Itulah penyebab kenapa beliau tererang penyakit
yang bisa dibilang lumayan mematikan. Siapa yang menyangka, bahwa Kanker Liver
stadium 4 begitu cepat menyerang tubuh beliau yang begitu gagah dan tangguh.
Kurang dari 6 bulan, seluruh sistem imun beliau ambruk dan tak mampu lagi
bertahan melawan penyakit mematikan itu. Bahkan tim medis pun sudah tidak
sanggup untuk menanganinya.
Kemarin
lusa, 19 September 2014, tepat satu tahun kepergian beliau. Untuk beristirahat,
melepas semua beban dan rasa sakit yang beliau rasakan selama kurun waktu 5
bulan. Pada saat itu, saya masih duduk dikursi kelas XII IPA SMA PROKLAMASI
1945 BEKASI. Kelas XII, iya puncaknya. Saya harus bolak-balik Karawang-Bekasi
untuk ikut membantu merawat beliau. Tapi saya tidak merasa dipermainkan jarak,
karena memang saya ingin merawat beliau. Memperhatikan perkembangan beliau
bahkan saya menyaksikan ketika berat badan beliau normal sampai turun drastis.
Hati siapa yang tidak miris dan tersayat melihat ayahnya merintih kesakitan
melawan rasa sakit. Namun karena saat itu saya terlalu lama minta dispensasi,
akhirnya saya dipanggil sekolah untuk mengikuti mata pelajaran kembali. Saya
harus mengejar ketertinggalan saya yang lumayan jauh dari teman-teman saya.
Baru satu hari saya diasrama, saya sudah dijemput kembali untuk pulang tanpa
alasan. Sepanjang perjalanan tidak ada yang berani bericara apapun tentang ayah
saya. Dan ketika sampai dekat rumah, saya melihat ada bendera kuning
terpangpang di depan rumah. Perlahan, kekuatan hati yang saya tata, air mata
yang saya jaga, dan pikiran positif yang saya bangun, perlahan runtuh,jatuh dan
hancur seketika. Dan yang membuat saya sakit yaitu saya tidak berada disamping
beliau ketika beliau mencari saya disaat menghembuskan nafas terakhirnya dngn
dua kalimat syahadat. Astagfirullah betapa sakitnya...
Tapi yang
harus saya sadari, bahwa ajal itu merupakan satu kepastian yang memang akan
terjadi. Dengan ada atau tidak adanya saya disamping beliau, ajal itu memang
akan datang juga. Saya, dan keluarga berdoa, mudah-mudahan saat ini beliau
beristirahat dengan tenang dan dilepaskan dari segala urusan duniawi yang
menjerat. Sekarang, harta yang saya miliki adalah ibu. Beliau yang harus saya
jaga amanahnya, kasih saying dan kepercayaannya. Beliau yang harus saya
perjuangkan kebahagiaannya. Wanita tangguh itu adalah inspirator terbesar dalam
hidup saya. Cinta sejati saya. Dan separuh jiwa raga saya. Saya ingin mempersembahkan
perjuangan terbaik saya untuk beliau. Saya yakin teman-teman pun begitu.
Untuk itu, bagi teman-teman yang
mempunyai kesempatan lebih indah dari saya, berada dan bisa bersama kedua orang
tuanya, junjung tinggi petuah mereka dan banyak bersyukur kepada Allah SWT. Sekian
cerita singkat tentang Amelia Madowi. Saya berharap ada pesan yang tersampaikan
kepada teman-teman.
Salam Hangat J
Wassalamualaikum Wr.Wb
Tidak ada komentar:
Posting Komentar