Waktu yang ditunggu telah datang.
Tiba. Saat yang saya harapkan tiba. Celah yang saya kira lenyap ternyata ada. Tuhan
mendengarkan harapan kecil saya. Tapi saya tidak tahu bagaimana caranya untuk
memasuki celah tersebut. Saya merasa menjadi bukan penikmat kesempatan yang
baik. Padahal Saya ingin berdiri paling depan untuk menyambut kedatangan nya.
Saya ingin menjadi pendengar untuk mendengarkan keluh kesah dan bahagianya.
Saya ingin menjadi bahu untuk tempatnya bersandar, bercerita, istirahat sejenak
dari semua rutinitas dan lelah yang menyerangnya. Saya ingin, saya berharap.
Tapi saya tidak tahu harus mulai dari mana, atau mungkin tidak akan dimulai. Kapanpun
waktunya dan bagaimanapun keadaannya, hati ini akan selalu menerima dan
menyambutnya.
Semoga Sang Pemilik raga ini
memberikan kehendak atas apa yang saya jatuhkan hati karena-NYA. Karena
untuk-NYA, untuk ku dan untuk ku perkenalkan menjadi yang terbaik kepada cinta
sejatiku-Ibu. Hati saya berkata dia lah orang yang tepat. Dan saya harap ini
bukan hanya sekedar timbul dari
subjektifisme saya, dan yang jauh lebih saya semogakan, hati ini berkata atas
perkenaan Sang Pemiliknya.
Sampai berjumpa dalam terwujudnya
semoga yang selalu saya panjatkan, kamu dengan kaos putih dan bertopi hitam
yang tersenyum disamping saya.